Rabu, 28 September 2011

PENDIDIKAN DAN HUBUNGAN ANTAR KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya memanusiakan manusia. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis. Salah satu pokok pembahasan sosiologi pendidikan menurut Nasution (1994) adalah hubungan antar manusia dalam sekolah. Mencakup di dalamnya pola interaksi sosial dan struktur masyarakat di sekolah. Kamanto Sunarto (2004) menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan hubungan antar kelompok. Keilmuan dan kearifan individu melalui tempaan pendidikan akan dapat merapatkan dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan antar kelompok. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan bagaimana pendidikan dan hubungan antar kelompok itu sebenarnya. Mencakup jenis-jenis kelompok sosial, struktur dan masalah sekolah sebagai kelompok sosial, dan hal-hal lain yang relevan dengan pokok masalah di atas. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendidikan Pendidikan dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia amenjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Hasbullah (2007:2) menyebutkan beberapa pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut: 1. Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan anak kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. 2. John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. 3. J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberikan perbekalan yang tidak ada pada masa anakanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. 4. Driyakara Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. 5. Carter V. Good Pendidikan adalah: a. Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid, dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan. 6. Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama. 7. Ki Hajar Dewantara Pendidkan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun masksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 8. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. 9. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keterampilan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari beberapa defenisi pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersistematis dalam memanusiakan manusia. B. Pengertian Kelompok Secara sosiologis, istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan beriteraksi, di mana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Beberapa defenisi kelompok: 1. Joseph S. Roucek. Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interasi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. 2. Mayor Polak Kelompok sosial adalah satu group, yaitu sejumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur. 3. Wila Huky Kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi. Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubungan timbal balik dimana ia merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. C. Pengaruh Pendidikan Terhadap Status Sosial Individu dalam Suatu Kelompok. Status dalam bahasa indonesia sama artinya dengan “posisi” atau “kedudukan”. Tetapai maknanya jelas berbeda. Status berhubungan dengan stratifikasi sosial, sedangkan posisi berhubungan dengan situasi (tempat, situasi lain, dan situasi diri sendiri). Menurut Raphh Linton (dalam Ary Gunawan, 2000:42) kemungkinan seseorang dalam memperoleh status ada dua macam: 1. Ascribed status, ialah status yang diperoleh dengan sendirinya oleh seorang anggota masyarakat. Misanya dalam sistem kasta, seorang anak sudra, langsung saja sejak lahir ia berstatus sudra. Seorang anak raja langsung menjadi bangsawan. 2. Achieved status ialah kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja, seperti sarjana untuk kelulusan dengan usaha yang disengaja, seperti sarjana untuk kelulusan S1, magister untuk lulusan S2, dan doctor untuk lulusan S3, dan seterusnya. Mayor Polak mennambahkan assigned status, yaitu status yang diberikan kepada seseorang karena jasanya. Misalnya seseorang mendapat status putera mahkota karena berjasa menyembuhkan sang raja dari sakitnya yang parah. Atau seorang yang berjasa karena dapat menghalau dan mengamankan negeri dari kejahatan yang mengancam kesejahteraan negara. Selanjutnya Mayor Polak menyataan bahwa status ialah kedudukan social seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat. Status mempunyai dua aspek: 1. Aspek stabil (structural), yakni yang bersifat hirarki (berjenjang) yang mengandung perbandingan tinggi/rendah secara relatif terhadap status-status lain. 2. Aspek dinamis (fungsional), yakni peranan sosial yang berkaitan dengan social yang berkaitan dengan suatu status tertentu, yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu status tertentu. Ralph Linton menjelaskan bahwa status memiliki dua arti: 1. Dalam pengertian abstrak (berhubungan dengan individu yang mendudukinya), status adalah suatu posisi dalam pola tertentu. 2. Dilihat dari arti lainnya (tanpa dihubungkan dengan individu yang mendudukinya), secara sederhana status itu dapat dikatakan sebagai kumpulan hak-hak dan kewajiban. Dari penjelasan di atas, perlu digarisbawahi bahwa pendidikan merupakan saluran mobilitas sosial. Jadi pendidikan dapat menentukan status seorang individu dalam suatu kelompok. Status yang diperoleh merupakan jenis achieved status. Masyarakat atau kelompok akan memposisikan individu tersebut sesuai tingkatan pendidikannya. Misalnya untuk masyarakat pedesaan, lulusan SMA biasamerupakan jenjang teratas di kalangan mereka karena kebanyakan mereka tidaksekolah. Orang tersebut biasanya dijadikan sebagai penasihat untuk urusan-urusantertentu. Hal yang berbeda jika tamatan SMA tersebut dalam komunitas orangkota yang kebanyakan mereka telah mengenyam pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Status tamatan SMA terasa sangat rendah.Meskipun tidak dapat dipungkiri, jenjang pendidikan belum dapat mewakili kearifan dan keilmuan seseorang. Tetapi paling tidak, jenjang pendidikan dapat menjadi ciri individu yang satu dengan yang lain untuk kemudian menempatkan status mereka dalam suatu kelompok atau masyarakat. D. Struktur Hubungan antar Kelompok di Sekolah Salah satu aspek yang biasa terlupakan oleh sekolah adalah memupuk hubungan sosial di kalangan murid-murid. Biasanya sekolah terlalu fokus pada peningkatan kualitas akademik saja. Program pendidikan antar murid, antar golongan ini bergantung pada sruktur sosial murid-murid. Ada tidaknya golongan minoritas dikalangan mereka mempengaruhi hubungan kelompok-kelompok itu. Kebanyakan negara mempunyai penduduk yang multi rasial, menganut agama yang berbeda-beda, dan mengikuti adat kebiasaan yang berlainan. Perbedaan golongan dapat juga disebabkan oleh perbedaan kedudukan sosial dan ekonomi. Murid-murid di sekolah sering menunjukkan perbedaan asal kesukuan, agama, adat istiadat, dan kedudukan sosial. Berdasarkan perbedaan-perbedaan itu mungkin timbul golongan minoritas di kalangan murid-murid, yang tersembunyi ataupun yang nyata-nyata. Kelompok dalam sekolah dapat dikategorikan berdasarkan:. 1. Status sosial orang tua murid Status sosial orang tua sangat mempengaruhi pergaulan siswa tersebut. Tidak dapat dipungkiri, seorang siswa yang merupakan anak pejabat akan cenderung bergaul dengan teman yang se-level. Hal ini dapat terjadi di dalam maupun di hingga pergaulan di luar sekolah. Anak pejabat enggan bergaul dengan anak buruh. Jikalau ada jumlahnyapun sangat sedikit. 2. Hobi/minat/kegemaran Kesamaan hobi mendorong timbulnya rasa kebersamaan diantara mereka. Anak-anak yang suka olahraga sepak bola cenderung intensif bergaul dengan teman se klub mereka. Biasanya di sekolah terdapat beberapa jenis kegiatan ekstra kurikuler seperti KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), Rohis, kelompok seni, pramuka, PMR, dan keolahragaan. Masing-masing membentuk ikatan emosianal diantara anggotanya. 3. Intelektualitas Ada juga peluang terjadi kelompok-kelompok berdasarkan tingkatan intelektualitas mereka, meskipun ini tidak dominan. Orang pintar karena biasanya suka membaca lebih sering berada di pepustakaan daripada di kantin. Kehidupan mereka di sekolah benar-benar padat dengan kegiatan akademis. 4. Jenjang kelas Perbedaan jenjang kelas ini merupakan faktor dominan yang sering terjadi di sekolah. Biasanya anak kelas tiga yang merasa lebih tua sering berbuat sesuka hati kepada adik kelasnya. Anak-anak kelas satu karena takut dengan seniornya lebih nyaman bergaul dengan teman-teman satu tingkatnya. Hal ini menyebabkan pergaulan mereka menjadi terkotak-kotak dan kurang harmonis. 5. Agama Ada peluang terbentuknya kelompok karena persamaan agama. Kegiatan perayaan dan peribadatan agama yang mereka anut sering mempertemukan mereka dalam kebersamaan dan kepemilikan. Namun demikian ini bukanlah faktor dominan di kalangan anak sekolahan. 6. Asal daerah Kesamaan asal daerah juga memberikan peluang bagi terbentuknya kelompok di sekolah, namun bukan juga merupakan faktor dominan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa di skolah tersebut berasal dari daerah yang sama. Berbeda dengan kehidupan kampus yang nuansa kedaerahannya sangat kental, di sekolah biasanya murid cenderung lebih menaruh minat pada mood dan hobi ketimbang regionalitas. E. Masalah-Masalah yang Muncul dalam Hubungan antar Kelompok di Sekolah Sebagai sebuah komunitas sosial sekolah juga tidak akan luput dari masalah dalam hubungan antar kelompok. Masalah tersebut antara lain adalah gap atau kesenjangan antar kelompok. Stigma kelompok minoritas sering muncul dipermukaan, dimana kelompok dalam kuantitas yang sedikit cenderung diabaikan baik secara fisik maupun kebijakan. Kecemburuan dan persaingan tidak sehat antar kelompok juga dapat memicu timbulnya masalah antar kelompok di sekolah. Istilah gang menjadi trend anak sekolah saat ini. Gang adalah representasi dari keakuan siswa dalam lingungan pergaulannya di sekolah. Ikatan psikologis-emosional sering menyebabkan terjadinya perkelahian antar pelajar meskipun hanya karena persolanan sepele. Hal ini dapat dimaklumi dari tinjauan psikologis dimana perkembangan peserta didik dimasa itu merupakan babak pencarian jati diri sehingga cenderung tidak stabil, emosional, dan mau menang sendiri. F. Upaya Pendidikan dalam Mengatasi Masalah yang Muncul dalam Hubungan antar Kelompok di Sekolah. Dalam sebuah sekolah, tentunya sering atau pernah terjadi kesalahpahaman antara orang-orang di dalamnya. Hal itu bisa saja terjadi antara murid kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Siswa dari daerah yang satu dengan yang lainnya, banyak motif yang dapat memicu hal ini, terlebih lagi jika ada golongan minoritas. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi masalah yang muncul dalam hubungan antar kelompok. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya. Guru dapat memberikan informasi tentang hakikat dan perbedaan rasial dan manusia bukanlah disebabkan oleh pembawaan biologis, melainkan karena dipelajari dari lingkungan kebudayaan masing-masing. Informasi semacam ini juga dapat diperoleh dalam pelajaran biologi dan ilmu-ilmu sosial. 2. Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada kelompok. Guru dapat menceritakan bagaimana setiap kelompok itu sangat berpengaruh terhadap kelompok lainnya. Orang arab, yahudi, dan india memberikan sumbangan yang berarti bagi seuruh masyarakat dunia. Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil yang berusaha meraih kemerdekaan di tanah air ini, sumbangan mereka merupakan salah satu sebab merdekanya Indonesia. 3. Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Nilai toleransi ini sangat penting. Jika mereka mempunyai sikap toleran maka mereka dapat mempengaruhi sikap murid-murid lain ke arah toleransi yang lebih besar. Guru dapat memobilisasi tenaga-tenaga ini untuk memupuk sikap yang sehat dikalangan murid-murid. 4. Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan atau pergaulan antara murid-murid dari berbagai golongan. Jika mereka dapat saling berkunjung dan menghadiri kegiatan atau upacara dalam keluarga masing-masing, maka diharapkan lahirnya saling pengertian yang lebih mendalam dan toleransi yang lebih besar. 5. Menggunakan teknik bermain peranan atau sosiodrama. Peristiwa yang terjadi dalam masyarakat dapat dimainkan dalam kelas dalam bentuk sosiodrama dengan menyuruh golongan mayoritas memainkan peranan golongan minoritas. Tujuannya adalah agar lebih memahami perasaan golongan minoritas dan dapat mengidentifikasi diri dengan keadaan mereka. 6. Menggalakkan kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler bisa melibatkan banyak orang dengan berbagai latar belakang murid yang berbeda. Keseringan komunikasi dan kerjasama diantara mereka menumbuhkan kebersamaan yang mendalam. Hal ini dapat mencegah sekaligus meredam masalah-masalah seputar gap antara kelompok sosial. BAB III KESIMPULAN 1. Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersistematis dalam memanusiakan manusia. 2. Kelompok menurut tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubngan timbal balik dimana ia merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. 3. Kelompok sosial dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk. Hal ini sangat bergantung dari sudut pandang ahli yang bersangkutan. Ada yang memandang dari proses terbentuknya, ada dari kekuatan ikatan emosional yang terbentuk. Bahkan ada yang membaginya berdasarkan banyakya jumlah anggota kelompok. 4. Status ialah kedudukan sosial seseorang dalam kelompok serta dalam masyarakat. Pendidikan merupakan saluran mobilitas sosial, jadi pendidikan status individu dalam suatu kelompok tergantug sejauh mana kearifan dan kedalaman individu tersebut memaknai keilmuannya. 5. Organisasi merupakan kelompok manusia yang berkumpul dalam suatu wadah yang mempunyai tujuan yang sama, dan bekerja untuk mencapai tujuan itu. Sekolah merupakan contoh dari suatu organisasi formal. 6. Struktur hubungan antar kelompok di sekolah dipengaruhi oleh homogenitas individu-individu yang ada di dalamnya. 7. Masalah yang sering terjadi dalam hubungan antar kelompok di sekolah adalah tersisihnya kelompok minoritas, persaingan tidak sehat, gang, dan kecemburuan. 8. Upaya pendidikan dalam mengatasi masalah yang timbul dalam hubungan antar kelompok di sekolah adalah dengan cara : Pemberian informasi, diskusi kelompok, hubungan pribadi, dan sebagainya. Memberikan informasi tentang sumbangan minoritas kepada kelompok. Menanamkan nilai-nilai toleransi antar siswa. Membuka kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan hubungan atau pergaulan antara siswa. DAFTAR PUSTAKA H. Guawan, Ary. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Pelbagai problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta 2000. Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005. M. Hernki, James. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi –Terjemahan. Jakarta: Erlangga. 2007. Nasution, S. Sosiologi Pendidikan Ed.2 Cet.1. Jakarta: Bumi Aksara 1994. Robinshon, Philip. Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan – Terjemahan Ed.1 Cet.1. Jakarta: CV. Rajawali 1986. Soekanto, Soerjono. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006. Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004. Syani, Abdul. Sosologi, Skematika, teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. Tirtarahardja, Umar, & La Sulo,S.L. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar