Kamis, 03 Maret 2016

JASA TERJEMAH INDONESIA-ARAB PEKANBARU RIAU


Kabar Gembira

Telah hadir Jasa terjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab seperti abstrak skripsi dll.

Di kelola oleh lulusan-lulusan Timur Tengah.

Biaya Jasa Rp. 100.000 / halaman

CP. Juli Syawaladi,S.PdI
NO HP.082170436505

E-mail : julysyawaladi@gmail.com

Selasa, 23 Februari 2016

Nafas Panjang Dalam Jalan Dakwah

Assalamu’alaikum wr. wb. Saya yakin Antum semua di bulan Ramadhan kemarin telah mengkhatamkan Alquran. Tinggal masalahnya, berapa kali khatam? Ikhwah fillah. Interaksi kita dengan Alquran baru akan terwujud ketika kita merasa dibimbing Alquran dalam setiap interaksi kita, termasuk pengalaman¬pengalaman hidup kita. Pola interaksi kita dengan Alquran itulah yang harus kita tingkatkan, agar Alquran benar¬benar memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita. Ikhwah fillah. Salah satu kandungan Alquran adalah sejarah yang berisi fakta¬fakta kemudian ditafsirkan. Tujuan utamanya bukan menguasai fakta¬fakta itu, tetapi bagaimana kita mengambil pelajaran dari fakta¬fakta sejarah tersebut. Kisah Alquran yang erat kaitannya dengan kehidupan bernegara, di antaranya adalah kisah Nabi Yusuf, Nabi Sulaiman, dan Nabi Musa vs Penguasa kala itu. Nabi Musa mengajarkan kepada kita tentang bagaimana memposisikan diri sebagai oposisi. Nabi Yusuf mengajarkan kepada kita konsep dan aplikasi tentang “musyarakah” sehingga kisahnya yang berawal di penjara dapat berujung di istana. Berbeda lagi kisah tentang Nabi Sulaiman, yang bercerita tentang bagaimana jika agama telah mampu menguasai negara. Ketiga cerita tersebut meskipun berbeda, tetapi mempunyai persamaan: (1) Konflik Baik ketika beroposisi, bermusyarokah, maupun menguasai negara, konflik itu selalu ada. Bahkan (cikal bakal) konflik antara Nabi Musa dan Fir’aun telah ada jauh sebelum Nabi Musa lahir, yaitu keinginan Fir’aun melenyapkan setiap bayi laki¬laki karena dikhawatirkan akan menyingkirkan kekuasaannya. Konflik adalah salah satu bentuk cobaan Allah kepada manusia. Manusia yang paling keras cobaannya adalah para nabi dan orangorang yang paling “mirip” dengan para nabi itu (orang¬orang shalih). Konflik itu biasa, bahkan konflik antara Yusuf dan Benyamin (satu 2/23/2016 anis matta | Secarik Motivasi Diri https://mujitrisno.wordpress.com/tag/anis¬matta/ 6/15 ibu¬satu bapak) dengan saudara¬saudaranya yang juga anak¬anak keturunan Nabi (keluarga Yusuf, 4 generasi ke atas adalah Nabi semua) hingga berujung pada skenario pembunuhan. Apalagi hanya dalam sebuah organisasi atau negara. Kata Sayid Qutb: kita tidak bisa memilih untuk tidak berkonflik, yang bisa kita pilih adalah di kubu mana kita berada. Khusus cerita Yusuf kita dapati konflik terjadi karena kecemburuan akan kadar keikhlasan saudara¬saudaranya. Maka, prinsip dakwah kita yang pertama dan utama adalah salamatush¬shadr (lapang dada, wujud ukhuwah paling minimal ¬ed). (2) Konspirasi Hal yg patut dicatat: ayat¬ayat yang berkaitan dengan konspirasi kepada para nabi itu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah dan kepada taqdir, supaya kita punya keyakinan bahwa Allah¬lah yang mengendalikan semuanya. Dia¬lah sebaik¬baik pembuat tipu daya. Kita lihat bagaimana kisah Nabi Musa yang diselamatkan Allah dengan mengantarkan beliau ke istana Fir’aun melalui Sungai Nil kemudian ditemukan oleh isteri Fir’aun. Siapakah yang mengendalikan pikiran isteri Fir’aun sehingga Musa diselamatkan dan diijinkan menikmati hidup di istana? Bukankah sebelumnya Fir’aun ingin agar setiap bayi laki¬laki dibunuh? Mengapa dia justeru setuju untuk membesarkan Musa di istananya? Allah telah mengubah persepsi Fir’aun dan isterinya sehingga menyelisihi niatnya sendiri. Ingat pertempuran Fir’aun dan Musa, ketika Musa terjepit Ia justru lari ke laut. Logika perang modern dimana¬mana kalau terjepit larinya ke gunung atau hutan bukan ke laut. Maka tatkala Fir’aun mengetahui hal itu, ia dan pasukannya besorak karena sangat mudah menghancurkan Musa dan pengikutnya. Tapi Allah punya rencana, diperintahkan Musa memukulkan tongkat ke laut dan terbelah¬lah lautan. Fir’aun pun tak sempat berpikir panjang, mengejar ke tengah lautan yang terbuka, dan ia pun binasa ditelan lautan. Demikian pula, siapakah yang mengendalikan pikiran saudara Yusuf sehingga mereka hanya menceburkan Yusuf ke dalam sumur, dan bukan membunuhnya? Ingat, sebab utama konflik antara Nabi Yusuf dan saudara¬saudaranya adalah KECEMBURUAN, yang berakhir pada konspirasi untuk membunuh Yusuf as. Jika kita punya kesadaran tentang kekuasaan Allah, tidak boleh ada ancaman yang membuat kita berhenti bergerak dan berjuang. Maka, jangan pernah memandang besar dan kuat terhadap musuh¬musuh kita. Allah¬lah yang memberikan kita kekuatan dan persepsi itu. (3) Jarak Yang dimaksud di sini adalah jarak antara mimpi dan realisasi atas mimpi itu. Kita harus punya optimisme bahwa mimpi kita pasti terwujud. Harus punya nafas perjuangan yang panjang agar mimpi kita terwujud. Berapa lama jarak antara mimpi Nabi Yusuf dan realisasi kekuasaan beliau? Salah satu riwayat menjelaskan, jarak itu adalah 40 tahun. Kesabaran Yusuf itulah yang menjadikannya dimenangkan oleh Allah SWT. Kesabaran adalah faktor yang sangat penting dalam suatu perjuangan. Kisah nabi Yusuf antara dibuang saudara¬saudaranya dengan realitas mimpi ayahnya nabi Yakub, bahwa saudara¬saudara akan menyembah/sujud ke nabi Yusuf, adalah sekitar 40 tahun (8x pemilu), riwayat lain 80 tahun (16x pemilu). Jatuh bangun dalam pilkada, pileg, adalah biasa dalam pendakian menuju kemenangan. Yang pasti, kita harus terus naik, meskipun dlm perjalanan naik itu kadangkala butuh istirahat. Kalaupun kita menang pilkada bahkan memenangkan negara ini masih akan panjang perjuangan (tantangan dan konfliknya). Usai memenangi negara kita harus berjuang dan berkonflik memenangkan tahap berikutnya hingga sampai ustadziyatul ’alam. Jadi miliki nafas yang panjang, jangan pernah patah arang apalagi hanya karena survey. Siapa yang akan menang, adalah mereka yang berumur lebih panjang: stamina tetap, teknik semakin baik. Pemimpin Bosnia kala tahun 1994 diwawancarai oleh Fox News ditanya tentang masa depan Bosnia, beliau mengatakan, “Yang memenangi peperangan ini bukanlah yang membunuh lebih banyak jiwa, tetapi siapa yang bisa hidup lebih lama.” Fakta sejarah menunjukkan bahwa pada akhirnya Serbia pergi dan Bosnia berdiri merdeka. Yakinlah kapanpun itu kita akan tetap menang pada akhirnya. Mana lebih lama umur negara atau agama? Imperium Romawi¬Yunani sekarang mana? Tapi agama yang dulu pernah mereka kalahkan sampai hari ini masih tetap ada. Maka karena kita berjuang untuk agama ia akan selalu menang! Politisi menciptakan voters, tapi agama menciptakan Followers. Kuat mana voters dan followers?
(4) Mindset Baik Nabi Yusuf, Musa, maupun Sulaiman, ketiganya punya mindset sebagai PEMENANG, bukan pengabdi. Coba perhatikan, Doa Nabi Sulaiman yang sangat dahsyat: Robbii hablii mulkan laa yanbaghii li ahadin min ba’dii. Sulaiman minta negara dan ia minta negara itu tidak diberikan kepada selainnya. Kita doanya apa? kita doa minta istri, anak¬anak sholeh, dan semua itu diberikan oleh Allah. Tapi pernahkah kita berdoa minta negara? *Sulaiman bukan hanya minta negara, tapi negara/kekuasaan yang tak diberikan Allah kepada setelahnya* Kalau kita tak pernah meminta (berdoa) minta negara akankah Allah berikan kita negara ini? Oleh karena itu mari kita tambah doa¬doa kita dengan doa Sulaiman. *Kalau kita minta negara maka Allah akan sertakan segala isinya, tapi kalau kita hanya minta suami, istri, anak sholeh belum tentu negara akan diberikan pada kita. Sulaiman karena doanya itu menurut riwayat istrinya 99, bahkan Daud istrinya 1000* Berdoalah kepada Allah agar kita diberikan kekuasaan yang dengannya kita memperbaiki umat dan bangsa ini. Bahkan lebih daripada itu, kita akan tunjukkan peran kita di muka bumi ini. Apakah Antum siap untuk mengubah mindset sebagai pemenang? Apakah Antum siap memenangkan dakwah ini? Yakinkah Antum dengan kemenangan yang akan Allah berikan? (Taujih Ust. Anis Matta – Inspirasi Dari Kisah Nabi Musa, Yusuf dan Sulaiman pada Halal bi halal Kader PKS Se¬Tangsel. Ciputat, 2 September 2012.)

LGBT dan Sikap Kita

Ceramah DR K.H. Muslih Abdul Karim, Lc, di Masjid Brimob Kelapa Dua tentang LGBT:

Membiarkan LGBT berarti menyiapkan diri dan bumi tempat kita berpijak untuk mendapat murka Allah SWT.

Ada dua macam tarikan negatif yang mesti kita kendalikan:
Pertama: Hawa nafsu.
Kedua: Syahwat.

Selama ini dua hal itu kita anggap sama, padahal tidak. Hawa nafsu itu tarikan yang sifatnya ke arah ego. Sedangkan syahwat itu tarikan yang sifatnya fisik/material. Silakan cek al Qur’an.

Kata syekh Abdul Qadir al-Jailani:
- Puncak dari mempertuhankan hawa nafsu adalah mempertuhankan diri sendiri, yang tercermin dari ucapan Firaun yang menyatakan dirinya Rabb (tuhan pemelihara).
- Sedangkan puncak dari pemujaan terhadap syahwat adalah homoseksual. (kisah kaum nabi Luth).

Kenapa kita mesti concern tentang LGBT?

Karena kalau kita lihat di Quran hukuman bagi para pemuja hawa nafsu itu beda dengan hukuman bagi pemuja syahwat.

Pemuja hawa nafsu seperti Firaun, yang dihancurkan itu cuma Firaun dan tentaranya saja. Kota Mesir nya masih tetap ada.

Sedangkan pemuja syahwat itu dihancurkan sampai ke bumi tempat mereka berpijak. TOTAL!!! Artinya kucing dan tikus liar yang numpang makan di situ ikut terkena bencana.

Dan itu bukan hanya kejadian di kota Sodom. Kita lihat pola yang sama di Pompeii, lalu di sebuah dusun kecil, Lagetang. Semuanya polanya sama. Pemujaan terhadap syahwat -- melampaui batas sampai muncul perilaku homosex --- nunggu bencana.

Bahkan itu juga yang terjadi menjelang kiamat... Dalam hadits, digambarkan manusia hilang malunya sehingga biasa untuk ngeseks di pinggir jalan.

Jadi menurut yang saya pahami, perilaku homosex tidak boleh dibiarkan begitu saja. Harus kita cegah... Tentunya bukan dengan memusuhi pelaku. Tapi yang kita cegah adalah tersebarnya paham tersebut.

Setidaknya bertindak agar jelas posisi kita. Misalnya tidak beli kopi di Starbucks (yang mendukung LGBT), atau kalo mampu, melakukan counter campaign atau penyadaran bagi para homosex.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah kisah tentang "keberpihakan":

Di saat Nabi Ibrahim dibakar raja Namrud, seekor semut membawa setetes air. Seekor burung kemudian bertanya, "untuk apa kamu bawa air itu?"

"Ini air untuk memadamkan api yang sedang membakar kekasih Tuhan, Ibrahim."

"Hahaha... Tak akan guna air yang kamu bawa," kata burung.

"Aku tahu, tetapi dengan ini aku menegaskan di pihak manakah aku berada".

Wallahualam.

*dari fb Purnomo Mohamad (13/2/2016)